Rabu, 17 Agustus 2016

Hidup, kita yang jalani orang lain yang berkomentar


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alkisah, ada seorang wanita pedagang yang mempunyai wajah yang cantik, tutur kata yang santun. Pedagang cantik itu bak wanita muslimah yang anggun dengan pakaian syar'i nya (gamis lengkap dengan kerudung gede). Sejuk mata memandang ketika melihat  senyum manis di wajahnya yang menampakkan lesung pipit yang indah. Ia biasa menjajakan jualannya setiap sore hari.

Dan pada hari itu, ada seorang ibu-ibu yang bertanya padanya dengan nada merendahkan,

"Neng, gak malu yah jualan? Cantik-cantik kok jualan gorengan"

Dengan senyum manis, lalu wanita pedagang itu berkata,

"Nggak kok, Bu. Kenapa saya harus malu dengan menjual gorengan? apa ada yang salah dengan menjual gorengan? Lagian menjual gorengan kan halal Bu, saya juga bisa dapat penghasilan yang lumayan. Daripada nganggur di rumah, dan nggak ngapa-ngapain, bisanya bikin mama repot yah mending saya jualan. hheh"

"Tapi kan sayang, kamu cantik. Gak malu kalo ada cowok ganteng ngeliat kamu? Gengsi Neng!"

*Enngg* (Bingung mau jawab apa)

Wanita pedagang itu hanya bisa diam, bukan karna termakan omongan itu. Hanya saja menurutnya lebih baik diam. Dan ibu itu kembali berkata,

"Neng, kok mau sih jualan kek begini?"

"Subhanallaah, Bu. Tau gak pengusaha-pengusaha sukses itu dulunya yah jualan kek begini juga, saya mau jadi pengusaha Bu, yah harus di mulai dari bawa dulu toh, siapa tau aja di kemudian hari mudah-mudahan saya jadi pengusaha kuliner yang sukses, Aamiin. Do'ain yah Bu."

Tanpa berkata-kata, Ibu itu langsung pergi meninggalkan pedagang itu. Nafas lega, dalam hati ia meminta kepada Allah kekuatan untuk bersabar.

5 Tahun kemudian, Alhamdulillaah wanita pedagang itu sukses menjadi pengusaha kuliner. Berkat kerja keras dan Doa yang selalu ia panjatkan. Dan ia kembali di pertemukan dengan si Ibu yang dulu melontarkan beberapa pertanyaan nyelekit.

"Wah, Neng. Alhamdulillaah sudah sukses yah.."

"Eh si Ibu, iya Alhamdulillaah..."

"Tapi kok belum nikah? percuma Neng pengusaha sukses tapi belum nikah. Kan gak lengkap rasanya."

Mencoba tetap bersabar menanggapi perkataan si Ibu tersebut,

"Yah, jodoh gak bakalan kemana kok Bu. Bukankah Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Cuma waktunya aja yang belum tepat untuk bertemu pasangan saya."

Beberapa bulan kemudian, wanita pedagang yang telah menjadi pengusaha sukses itu akhirnya menemukan sang pangeran untuk mengisi hari-harinya. Selang beberapa waktu setelah pernikahan ia merintis usahanya bersama suaminya. Dan Alhamdulillaah usahanya terus berkembang dan sudah mempuyai cabang di berbagai kota.
Dan lagi-lagi dia bertemu dengan si Ibu yang super rempong itu,

"Eh Neng, wah Alhamdulillaah yah kamu udah nikah, beruntung laki-laki yang dapatin kamu, sudah cantik, sukses, sholeha, dapat suami ganteng pula, sesuatu banget."

"Ah si Ibu bisa aja heheh"

"Tapi, yah Neng, kurang lengkap kalo gak ada anak atuh. Masa udah berapa tahun nikah belum punya anak juga?". Lagi-lagi si Ibu itu berkata tanpa memikirkan perasaan orang. Wanita itu hanya bisa tersenyum dan minta do'a aja dari si Ibu itu, kemudia pergi meninggalkannya.

2 tahun berlalu, wanita pedagang itu di karuniai seorang anak perempuan yang lucu dan menggemaskan, usahanya pun semakin sukses. Dan suaminya semakin mencintainya...

Setelah anaknya telah berusia 5 tahun, pedagang itu mengajak anaknya untuk berjalan-jalan di salah satu Mall ternama di kotanya, bersama sang suami. Dan lagi-lagi atas izin Allah dia bertemu dengan orang yang selalu ngomentarin hidupnya. Kali ini dia tidak akan mendengar celoteh dari orang itu,

"Eh Neng, wah sudah lama gak ketemu. Ini anaknya yah?"

"Iya Bu, hheh"

"Alhamdulillah yah, dulunya kamu cuma pedagang gorengan, terus jadi pengusaha sukses, punya suami ganteng, anak cantik persis kayak kamu. Tapi.."

Wanita pedagan itu langsung memotong perkataan Ibu tersebut,

"Iya Bu, Tapi saya kesana dulu yah Bu, Maaf lo gak bisa ngombrol lama-lama, Assalamu'alaykum" sambil mempercepat langkanya.

Pikirnya, daripada makan ati lagi, yah mending kabur!

Lalu anak si pedagang bertanya,

"Umi, yang tadi itu siapa?"

"Teman ibu sayang"

"Kok tau banget tentang Umi?

"Yah, itulah Nak. Hidup emang begini. Kita yang jalani orang lain yang berkomentar" sambil membuang nafasnya, dan lirih mengucapkan "astaghfirullaah..."

Lalu wanita pedagang itu berkata pada anaknya, "Sayang, kelak jika kau tumbuh dewasa jadilah orang yang selalu sabar mengahadpi berbagai macam karakter seseorang. Fokuslah pada penilaian Allah, bukan penilaian manusia."

Tamat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar